(Oleh: Valentina Santi Ambarsari)
Upacara adat yang hidup dan berkembang di Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat merupakan wujud nyata perilaku masyarakat yang menjunjung tinggi para leluhur mereka. Salah satunya adalah upacara Labuh Saji yang dilaksanakan oleh masyarakat nelayan sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widi yang memberikan kesejahteraan dalam kehidupan mereka. Budaya yang diwariskan oleh kerajaan Palabuhan Nyai Ratu ini erat kaitannya dengan bentuk kesenian yaitu gamelan. Gamelan senantiasa digunakan karena berfungsi sebagai pengiring upacara, pembentuk suasana, dan pengiring hiburan masyarakat. Pada perkembangannya gamelan yang digunakan telah mengalami perubahan, dari tatabeuhan, padingdang, gamelan Degung, sampai gamelan Pelog Salendro. Perubahan-perubahan yang terjadi ini tidak terlepas dari peran serta dan pengaruh dari masyarakat, baik secara internal maupun eksternal. Secara eksternal perubahan upacara dipengaruhi oleh Pemerintah daerah, dinas Pendidikan, dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Secara internal perubahan dipengaruhi oleh masyarakat nelayan sebagai pemilik kebudayaan, dan seniman penggarap.
Kembali Ke Daftar ISI

sip, terima kasih atas tulisannya tpi saya sedikit meluruskan gpp kan mbak, kenalkan dulu nama saya toto sugiarto dari tahun 1997 saya yang selalu menggarap acara ini, tolong diluruskan bukan "rasa syukur kepada sang hyang widi" tapi rasa sukur kepada Alloh, dan juga palabuhan ratu bukan "kerajaan tapi KAPUUNAN yang dulu di dikuasai oleh seorang ratu puun yakni purnamasari putri bungsu kerajaan pajajaran, yang dilanjutkan oleh putri tunggalnya putri mayangsagara, terimakasih saya setuju dengan tulisan yang lainnya mengenai gending yang telah mbak tulis dan ini blog saya http://sukabumikita.blogspot.com dan http://sanggarsenianggitasari.blogspot.com dan ini fb saya http://www.facebook.com/home.php?ref=home#/profile.php?id=100000177091471&ref=profile terima kasih dan hormat dari saya toto sugiarto dan ditunggu kunjungannya.
BalasHapusTentu saya tahu, Pak Toto Guru SMU Mutiara yg juga saya wawancarai wkt itu...
BalasHapusTerima kasih atas kritikannya, memang agak sulit mendapatkan referensi terakurat apalagi berhubungan dengan sejarah yang (notabene di Sunda) sedikit bukti fisik.
HAtur nuhun.
Pami aya waktos cobi ditingal
http://www.facebook.com/notifications.php#/video/video.php?v=1150744481132&oid=48142993088