EnglishFrenchGermanSpainItalianDutchRussianPortugueseJapaneseKoreanArabicChinese Simplified
translate add by : satriawan

Kolom Pencarian Apa saja ™

Pola Garap Cengklung Grup Wirama Rempeg (Salah Satu Pengembangan Calung Banyumasan)

Oleh: Trubus Semiaji

Cengklung merupakan gabungan dari dua suku kata, ceng dan klung. Dua suku kata tersebut merupakan singkatan dari kata lenceng dan ngungklung. Lenceng artinya lurus, sedangkan ngungklung artinya suara nyaring, sehingga cengklung berarti benda lurus (bambu) yang berbunyi nyaring yaitu instrumen musik sejenis calung. Munculnya kesenian cengklung merupakan pengaruh dari Calung Banyumasan. Kesenian yang muncul sekitar tahun 1976 ini berawal dari kentongan bambu yang menjadi kreativitas masyarakat desa Karangcegak saat melakukan ronda. Ronda adalah kegiatan menjaga keamanan kampung dengan berjalan keliling desa sambil menyuarakan bunyi-bunyian untuk memecah kesunyian malam. Dari kreativitas tersebut kentongan bambu dilaras dan dibentuk menyerupai bilahan calung. Akibat adanya pengaruh dari musik Calung serta kreativitas masyarakat setempat inilah yang menjadikan bentuk instrumen musik Cengklung memiliki ciri khas.

Cengklung saat ini merupakan akibat pengaruh kesenian Lengger Banyumasan. Mereka membunyikan kentongan dengan cara bergantian atau imbal sehingga menghasilkan musik ronda. Bahan pokok instrumen cengklung terbuat dari bambu, dimana satu perangkat cengklung terdiri dari instrumen kenit, manis, barung kethuk kenong, kendang, gong bumbung, dan kencir. Untuk menyelaraskan antara bunyi kentongan satu dengan kentongan yang lain mereka masih menggunakan improvisasi dan belum mempunyai ketentuan atau patokan.

Bambu yang telah dibentuk seperti bilahan calung dengan laras slendro dimainkan oleh sekelompok anak muda dengan kreativitas mereka sendiri yang disebut ladragan. Maksud dari ladragan adalah tabuhan dasar yang ditabuh pada bambu tersebut merupakan hasil dari latihan mereka sendiri. Adapun sebagai pijakan pertama dalam memainkan ladragan, mereka menggunakan gending Kulu-kulu.

Pola tabuhan Cengklung grup Wirama Rempeg pada dasarnya sama dengan pola tabuhan Calung. Perbedaannya terletak pada instrumen yang digunakan, yaitu gambang barung pada Calung diganti dengan instrumen barung, kenit, dan manis. Perbedaan ini mengakibatkan perubahan teknik tabuhan, dan hal ini berakibat pada karakter musik yang bersangkutan. Namun demikian, kegiatan tersebut tidak dapat ditinggalkan setiap bulan Ramadhan.

Kata kunci: bambu, calung, kreativitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda di sini, asalkan jangan mengandung kata-kata yang tidak berkenan bagi umum.Terimakasih atas kunjungan Anda.