EnglishFrenchGermanSpainItalianDutchRussianPortugueseJapaneseKoreanArabicChinese Simplified
translate add by : satriawan

Kolom Pencarian Apa saja ™

ETNOMUSIKOLOGI

Etnomusikologi, yang awalnya disebut Vergleichen de Musikwissenschaft atau musik perbandingan (Erich van Hornbostel), merupakan disiplin ilmu yang relatif baru jika dibandingkan dengan disiplin ilmu lainnya, dimana awalnya dikembangkan di Eropa dan Amerika. Beberapa survey yang membahas tentang sejarah etnomusikologi telah dilakukan oleh Bruno Nettl (1956), Jaap Kunst (1959), dan Curt Sachs (1962), namun arah pemikiran mereka terus berubah. Kecenderungan adanya pengaruh dari disiplin ilmu lain semakin terasa sehingga banyak pilihan untuk menggunakan perangkat, metode, peralatan yang serba baru. Hal ini dapat dirasakan di berbagai negara.

Etnomusikologi berasal dari kata ethnos, mousike, dan logos. Ethnos berarti bangsa, mousike berarti musik, dan logos adalah ilmu. Secara harafiah diartikan sebagai ilmu tentang musik bangsa-bangsa. Banyak ahli telah merumuskan definisi Etnomusikologi, seperti William P. Malm, Bruno Nettl, Jaap Kunst, Alan P. Merriam, George List, Mantle Hood, John Blacking, Curt Sachs, dll. (catatan terlampir di tambahan, red.)

Sejarah perkembangan etnomusikologi khususnya di Eropa dan Amerika ditandai oleh berbagai peristiwa terutama yang berkaitan dengan buku-buku dan tulisan-tulisan yang dikerjakan oleh para ahli, seperti munculnya buku Dictionnaire de Musique karya Jean Jacques Rousseau (1768) sebagai tonggak sejarah yang mendasari berkembangnya etnomusikologi. Selain itu ditandai puladengan ditemukannya peralatan-peralatan alat ukur frekuensi nada dan rekaman, serta berdirinya organisasi dan arkaif-arkaif[1] yang berfungsi sebagai tempat pendokumentasian dan pengkajian musik bangsa-bangsa.

Sebelum tahun 1950-an para etnomusikolog lebih banyak melakukan aktivitas pencatatan dan pendokumentasian musik bangsa-bangsa yang pembahasannya lebih banyak pada kajian tekstual. Untuk menyalurkan minat para etnomusikolog, menampung, serta berbagi informasi mengenai musik etnis dari berbagai suku bangsa di dunia, maka Masyarakat Etnomusikologi (The Society For Ethnomusicology) yang didirikan tahun 1955memberi kesempatan kepada mereka untuk membahas semuanya itudalam jurnal Ethnomusicology. Sejumlah sarjana aliran komparatif musikologi dari Berlin yang kemudian pindah ke Amerika juga mempunyai peran yang penting dalam perkembangan etnomusikologi di belahan barat, khususnya George Herzog, Miezyslaw Kolonski, dan Wachman. Begitu pula Charles Seeger yang berkebangsaan Amerika telah banyak memberi sumbangan terhadap disiplin ilmu ini di Amerika Serikat.

Trend etnomusikologi setelah tahun 1950-an banyak dipengaruhi oleh disiplin ilmu antropologi, sehingga karya-karya tulis hasil penelitian para etnomusikolog seperti John Blacking, Alan Lomax, Stockmann, Mcallester, Curt Sachs, dll. banyak melakukan studi kontekstual yang melihat persoalan hubungan antara musik dan kebudayaan masyarakatnya. Di Amerika disebut anthropology of music, dimana musik dianggap sebagai bagian dari kebudayaan dan diteliti dalam konteks kebudayaan. Ilmu ini dipopulerkan oleh Alan P. Merriam, BrunoNettle, dan Mantle Hood.

Hingga saat ini etnomusikologi masih sering disebut antropologi musik. Antropologi memfokuskan ilmunya pada others dan difference, yaitu pemahaman perbedaan termasuk dalam hal etnisitas. Artinya dalam antropologi musik esensinya adalah bagaimana kita menghargai, memahami, dan mengerti perbedaan dalam musik. Ada dua pendekatan dalam mempelajari perbedaan itu, yaitu pertama musik dipelajari sebagai sebuah teks, dan kedua teks itu dipelajari di dalam konteks. Sehingga dapat dikatakan antropologi musik merupakan ilmu yang mempelajari musik di dalam konteksnya,seperti definisi yang dirumuskan oleh Alan P. Merriam bahwa Etnomusikologi adalah ilmu yang mempelajari musik di dalam kebudayaan.

Dengan demikian dasar-dasar yang menjadi perhatian para etnomusikolog dalam mempresentasikan penelitiannya, sekurang-kurangnya terdiri dari tiga aspek, yakni: (1) sifat dasar dari proses-proses terjadinya musik secara teknis; (2) hubungan antara dunia musik dan dunia pembahasannya; dan (3) fungsi dari totalitas musik di dalam totalitas kebudayaan. Oleh karena orientasi studi etnomusikologi setelah tahun 1950 berkembang lebih melebar, maka studi ini menjadi bidang kajian yang multidisiplin karena banyak menggunakan (meminjam, red.) pendekatan dari cabang ilmu lain seperti sejarah, antropologi, sosiologi, akustika, dll. dalam membahas fenomena musik bangsa-bangsa yang ada di dunia ini.

Di Indonesia terdapat program studi etnomusikologi di empat perguruan tinggi, yaitu Universitas Sumatera Utara (USU Medan), Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Yk), ISI Surakarta, dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Namun ke-empatnya memiliki visi misi yang berbeda. Tahun 2005 dengan biaya dari Ford Foundation, keempat perguruan tinggi di atas diundang untuk menghadiri simposium di Medan guna menyampaikan visi-misi dari prodi etnomusikologi yang mereka miliki. Etnomusikologi (EG) USU Medan banyak memiliki pakar-pakar dari luar (barat) sehingga lebih berorientasi pada pentranskripsian karena musik-musik mereka anggap eksotik (layak diteliti, red.). EG ISI Yogyakarta berorientasi pada penciptaan musik-musik etnik, dimana tenaga pengajarnya banyak melanjutkan studi penciptaan sehingga memunculkan sesuatu yang lain, sebuah kreativitas baru. EG ISI Surakarta menekankan pada fieldwork, bagaimana menggunakan alat-alat supaya berhasil di lapangan, selain metode pendekatan di lapangan. Dan EG IKJ yang merupakan sempalan dari jurusan tari, berorientasi pada keilmuan. Sementara di STSI Bandung, etnomusikologi baru sebatas mata kuliah berjenjang (I, II, dan III) di bawah program studi karawitan.

Daftar Pustaka

Alan P. Merriam. The Anthropology Of Music. Chicago: Northwestern University Press, 1964.

Shin Nakagawa. Musik dan Kosmos Sebuah Pengantar Etnomusikologi. Jakarta: Yayasan Obor, 2000.

Referensi perkuliahan:

cDr. Heri Herdini, M.Hum.

Dr. GR. Lono Lastoro Simatupang, M.A.

Prof. Dr. Victor Ganap, M.Ed.


Tambahan:

Kriteria non-Eropa, non-literate, dan budaya lisan, umumnya digunakan sebagai dasar pemikiran para ahli dalam merumuskan definisi etnomusikologi. Definisi tersebut antara lain:

Jaap Kunst:

ü Etnomusikologi adalah studi musik tradisional dan instrumen musik dari seluruh lapisan kebudayaan umat manusia, dari mulai orang-orang primitif hingga bangsa-bangsa beradab.

Bruno Nettl:

ü Etnomusikologi adalah ilmu yang mepelajari musik dan berbagai aspeknya dalam ebudayaan manusia, biasanya di luar peradaban barat.

Willi Apel:

ü Etnomusikologi adalah studi musik eksotik yang terdiri dari kebudayaan musikal di luar tradisi bangsa Eropa.

William P. Malm:

ü Etnomusikologi adalah studi ilmiah musik yang terdapat di dalam kebudayaan-kebudayaan dunia atau subkulturnya, baik yang berkaitan dengan suara yang aktual dan praktik pertunjukan maupun dalam hubungannya dengan kebudayaan secara lebih spesifik, atau membandingkannya dengan kebudayaan-kebudayaan musik lainnya.

Frank Gillis:

ü Etnomusikologi adalah studi musik-musik dunia yang diwariskan secara lisan (oral).

George List:

ü Etnomusikologi adalah studi musik tradisional, yaitu musik yang diajarkan secara lisan, tidak melalui tulisan yang selalu mengalami perubahan.

Alan P. Merriam:

ü Etnomusikologi adalah ilmu yang mempelajari musik di dalam kebudayaan.

Mantle Hood:

ü Etnomusikologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek penyelidikan seni musik sebagai gejala-gejala fisik, psikologi, estetik, dan budaya.

Charles Seeger:

ü Etnomusikologi adalah studi tentnag musik-musik non-Eropa.

John Blacking:

ü Etnomusikologi adalah istilah baru yang sering digunakan untuk menyebut studi tentang berbagai sistem musik di dunia.

Elizabeth Helser:

ü Etnomusikologi adalah ilmu pengetahuan hermenetis tentnag tingkah lakuu musikal manusia.

Curt Sachs:

ü Etnomusikologi adalah cabang dari sejarah musik tentang musik-musik primitif dan musik oriental.

Ada beberapa aspek yang melatarbelakangi terbentuk dan berkembangnya disiplin etnomusikologi, yaitu:

- Terbitnya berbagai tulisan dari para ahli, baik berupa buku maupun artikel seperti: Dictionnaire de Musique karya Jean Jacques Rousseau (1768), Memoire Sur la Musique Des Chinois, Tant Anciens Modernes karya Joseph Amiot (1779), On the Musical Modes of the Hindoos karya William Jones (1784), Ueber Die Music Der Inder (1802) diterjemahkan oleh F.H. Von Dalberg, Description de I’Egypte dan ditulis dalam 25 volume (1809-1826), Histoire Generale de la Musique karya F.J. Feti (1869), dan sebagainya.

- Munculnya peralatan rekaman, seperti: penemuan Gramofon (1877) dan sistem cent hasil kerja Alexander John Ellis (seorang ahli fisika dan fonetik), penemuan alat perekam silinder dan fonograf Edison, dan sebagainya.

- Berdirinya organisasi dan arkaif-arkaif yang berfungsi sebagai tempat perekaman, pendokumentasian, dan pengkajian musik, seperti: Vienna Akademy’s Phonogramm Archiv yang didirikan 1899 dan mulai aktif sepenuhnya 1901, Paris societte d’Antrophologie (masyarakat antropologi paris) mendirikan Musee Phonographique yang disusul dengan berdirinya Phonogramm Archiv di Institut Psikology Universitas Berlin tahun 1905, American Museum Of Natural History di New York, berdirinya Musical Ethnographic commission (1901) yang memusatkan perhatiannya pada perekaman dan pentranskripsian musik, berdirinya the Society of Ethnomusicology (Masyarakat Etnomusikologi) tahun 1955, dan sebagainya.


[1]Tempat penyimpanan dan pemeliharaan segala dokumentasi baik tertulis, audio, maupun audio visual. Kemungkinan berasal dari archives yang berarti arsip, yang di-Indonesiakan menjadi arkaif.



Kembali ke tulisan awal

print this page Print halaman ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda di sini, asalkan jangan mengandung kata-kata yang tidak berkenan bagi umum.Terimakasih atas kunjungan Anda.